Powered By Blogger

Kamis, 19 Januari 2012

BERFIKIR, BAHASA DAN BELAJAR

BERFIKIR, BAHASA DAN BELAJAR A. PENDAHULUAN Awalnya orang beranggakan bahwa berpikir itu ditentukan oleh anggapan, karena menurut mereka proses berpikir semata-mata merupakan pertautan tanggapan-tanggapan secara mekanis, sehingga orang yang berfikir itu sifatnya pasif. Namun pada era psikologi sekarang, orang yang berpikir sebenarnya tidak diam (pasif) tetapi jiwanya juga aktif berusaha untuk memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu, pada era ini orang yang berfikir lebih tepat dikatakan dinamis Perubahan tingkah laku suatu kegiatan disebut belajar, jika dengan kegiatan itu sang pelaku mengalami perubahan tingkah laku. Jika dia tidak mengalami perubahan tingkah laku, berarti dia belum (atau tidak) belajar. Berfikir, bahasa dan belajar berperan penting dalam perubahan tingkah laku manusia. Manusia tidak akan dapat berfikir tanpa adanya bahasa. Ketiganya berkaitan dalam membentuk perilaku dan pribadi manusia secara utuh. Di dalam makalah ini dijelaskan mengenai apa itu berfikir, bahasa, dan belajar agar dapat dipahami kaitannya terhadap perubahan tingkah laku manusia. B. PERMASALAHAN 1. Apakah pengertian berfikir, bahasa, dan belajar? 2. Bagaimana hubungan berfikir, bahasa, dan belajar dikaitkan dengan perubahan perilaku seseorang? C. PEMBAHASAN 1. Pengertian Berfikir, Bahasa, dan Belajar a. Pengertian Berfikir Menurut M Alisuf Sabri dalam bukunya "Pengantar Psikolgi Umum dan Perkembangan", orang berpikir untuk: 1. Melakukan kegiatan kearah penyelesaian suatu problem/ persoalan 2. Melakukan pemecahan persoalan dengan menggunaan pengalaman- pengalaman yang pernah ada pada diri kita 3. Berfikir merupakan suatu akta psikis yang dinamis, dimana individu yang merupakan penggerak prosesnya 4. Berfikir merupakan suatu kegiatan psikis yang bersifat perlambangan Namun selain itu, berpikir juga merupakan: 1. Pembentukan konsep 2. Orang berfikir karena adanya rasa ingin tahu 3. Adanya proses kognitif dalam berpikir 4. Untuk menemukan sesuatu yang baru 5. Membuat hubungan yang satu dengan yang lainnya Secara umum, berpikir dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menghubung-hubungkan (asosiasi) sesuatu dengan sesuatu yang lainnya untuk memecahkan suatu persoalan atau permasalahan. Menghubung-hubungkan disini merupakan menghubungkan sesuai dengan yang kita inginkan dan faktor psikologisnya dimana hubungannya diputuskan pada saat berpikir. Hasil dari menghubung-hubungkan antara lain: memecahkan masalah, gagasan-gagasan, idea-idea. b. Pengertian Bahasa Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija, mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Pemakaian bahasa memiliki dua aspek: produksi dan pemahaman. Dalam memproduksi bahasa, kita mulai dengan pikiran proposisional, dengan suatu cara mentranslasikannya ke dalam kalimat, dan berakhir dengan suara yang mengekspresikan kalimat. Jadi, pemakaian bahasa tampaknya melibatkan pergerakan melalui berbagai tingkat. Tahap-tahap pemerolehan bahasa dimulai sejak anak-anak , yaitu: a) Pra-ujaran Banyak hal penting yang berlangsung bahkan sebelum anak mengucapkan satu kata pertamanya. Kanak-kanak belajar memperhatikan ucapan, memperhatikan intonasi, dan irama (rhythm) ucapan jauh sebelum ia mulai berbicara. Kanak-kanak menanggapi ucapan lebih teliti dari pada bunyi lain. b) Masa Mengoceh Tahap ini mulai dalam umur beberapa bulan. Berbentuk ujaran tidak jelas (ocehan). Banyak di antara ujaran tersebut tidakk digunakan pada bahasanya tapi ada pada bahasa-bahasa lainnya. c) Masa Satu Kata Kanak-kanak mungkin mengucapkan kata pertama mereka beitu umur 9 bulan: biasanya kata mama, da-da (kata-kata ini mirip dengan ocehannya sewaktu berada pada masa mengoceh). Anak tuli yang orang tuanya menggunakan bahasa isyarat mulai melakukan isyarat satu katanya sewaktu berumur sekitar 8 bulan. d) Masa Menggabungkan Kata-kata (18 bulan-2 tahun) Dalam satu setengah tahun kebanyakan anak-anak berbicara dengan kalimat yang terdiri dari beberapa kata, tapi gramatika mereka jauh dari sempurna. Masa ini secepatnya berkembang maju menjadi apa yang diistilahkan masa kelima dan terakhir pemerolehan bahasa. e) Masa Panik Besar Merupakan masa terakhir pemerolehan bahasa kanak-kanak mulai dari umur dua tahun sampai selanjutnya sekitar enam tahun saat mana gramatika kanak-kanak telah mendekati garamatika orang dewasa. c. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli : • Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. • Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. • Crow & Crow dan (1958 ) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”. • Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adnanya respons terhadap sesuatu situasi” • Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. • Gage & Berliner (1970): “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman” 2. Hubungan Berfikir, Bahasa, dan Belajar Dikaitkan dengan Perubahan Perilaku Berfikir adalah daya paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berfikir. Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berfikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berfikir. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah mengatakan dalam bukunya Sophistes “berbicara itu berfikir yang keras (terdengar) dan berfikir itu adalah berbicara batin”. Proses berfikir memiliki peranan penting dalam proses belajar. Kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku , yaitu : 1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional). Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan. 2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu). Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”. 3. Perubahan yang fungsional. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru. 4. Perubahan yang bersifat positif. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru. 5. Perubahan yang bersifat aktif. Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya. 6. Perubahan yang bersifat pemanen. Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut. 7. Perubahan yang bertujuan dan terarah. Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 8. Perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”. Menurut Gagne dalam buku “Psikologi Kependidikan” karangan Abin Syamsuddin Makmun, perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk : 1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya. 2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah. 3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran. 4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik. Sementara itu, Moh. Surya mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam : 1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. 2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. 3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar. 4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat. 5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). 6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan. 7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir). 8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu). 9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya. D. KESIMPULAN Telah dijelaskan di atas kaitan antara berfikir, bahasa, dan belajar dengan perubahan perilaku. Dimana berfikir tak dapat dilakukan tanpa adanya bahasa, dan belajar tak dapat dilakukan tanpa keduanya untuk merubah perilaku seseorang. Perubahan perilaku dari hasil belajar diantaranya: perubahan yang disadari dan disengaja (intensional), perubahan yang berkesinambungan (kontinyu), perubahan yang fungsional, perubahan yang bersifat positif, perubahan yang bersifat aktif, perubahan yang bersifat pemanen, perubahan yang bertujuan dan terarah, serta perubahan perilaku secara keseluruhan. E. PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, Rita L. dkk, 1997, Pengantar Psikologi, Batam: Interaksara. Azhari, Akyas, 2004, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika Makmun, Abin Syamsudin, 2007, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim, 2006, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sabri, M. Alisuf, 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya Syakur, Nazri, 2008, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Syamsuddin, A.R, 1986.Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta. Syaodih S, Nana. 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press. Wibowo, Wahyu, 2001, Manajemen Bahasa, Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar