Powered By Blogger

Kamis, 19 Januari 2012

PANDUAN INTERAKSI ANTARA PETUGAS ROHIS DENGAN PASIEN (DEWASA MADYA)

PANDUAN INTERAKSI ANTARA PETUGAS ROHIS DENGAN PASIEN (DEWASA MADYA) DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH : Komunikasi Antar Pribadi Dan Kelompok DOSEN PENGAMPU : Mrs. Widayat Mintarsih, Hj., M. Pd DISUSUN OLEH NUR SYAFITRI RAMADHANI (091111043) JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ALISONGO SEMARANG 2012 A. TAHAP PRA INTERAKSI o Data Tentang Pasien Nama Pasien : Sri Purwati Jenis Kelamin : Perempuan Usia : + 57 Tahun Alamat : Sapta Marga, Semarang Agama : ISLAM Jenis Penyakit : Asam Urat, Kolestrol Tinggi, Stroke Lama Inap : 1 Minggu Lama Menderita : Asam Urat, Kolestrol Tinggi Sekitar 2 Tahun dan Stroke sekitar 2 Bulan Tentang Pasien : Pasien ini sudah lama menderita penyakit asam urat dan kolestrol tinggi sekitar 2 tahun. 2 tahun yang lalu, pasien ini sudah pernah berada di Rumah Sakit ini dengan penyakit asam urat dan kolestrol tinggi. Menginap selama + 5 hari dan selebihnya hanya kontrol dan rawat jalan. Dan kini kembali menginap di Rumah Sakit dikarenakan stroke. Stroke yang dialami pasien berawal dari pasien mendengar berita kematian anak pertamanya yang meninggal dikarenakan hipertensi setalah melahirkan anak pertama (cucu dari pasien). Kemudian dilihat dari sikap keluarga pasien (suami, anak, dan menantu) tampak terlalu sibuk dan jarang menemani pasien. o Eksplorasi Perasaan Pasien Pasien ini mengalami kesedihan yang berlarut-larut (depresi) karena kematian anaknya tersebut. Pasien ini juga nampak butuh perhatian orang-orang disekitarnya. o Rencana Pertemuan Dengan Pasien Pertemuan antara petugas Rohis dengan pasien adalah saat waktu berkunjung petugas Rohis dengan pasien pasien di Rumah Sakit. B. TAHAP ORIENTASI Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan tahap orientasi adalah mengevaluasi kondisi pasien, memvalidasi rencana yang telah Perawat buat sesuai dengan keadaan pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien. a. Memberi salam Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam Tuti. b. Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasien Bagaimana perasaan Tuti hari ini?atau Coba Tuti ceritakan perasaannya hari ini! C. TAHAP KERJA Dalam tahap kerja ini rohis mendasarkan pada teori perbandingan sosial. Festinger menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain. Masing-masing orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka meraka akan mengevaluasi diri mereka melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri. Manusia dalam melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut : • Persamaan (similarity hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik. • Dikaitkan dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama • Downward comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan sosial. (Sarwono, 2004: 102) • Hari Pertama (Orientasi) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Assalamu’alaikum Bu Purwati. Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang posisinya sedang berbaring miring PASIEN Wa’alaikumussalam Tanpa Ekspresi dan tanpa merubah posisi tidurnya. ROHIS Bu, saya Rara. Petugas Rohis di Rumah Sakit ini. Kedatangan saya ingin membantu ibu dan pasien yang lain. Tugas saya juga mendoakan orang yang sedang sakit. Sedikit merunduk ke arah pasien. PASIEN Masih tanpa ekspresi dan tidak menjawab ROHIS Apakah ibu berkenan jika saya berada disini membantu untuk proses penyembuhan ibu? PASIEN Oh iya mbak. ROHIS Apa yang sedang ibu rasakan sekarang? PASIEN Sakit Sambil menggerak-gerakan kakinya ke ranjang. ROHIS Ooh. Sebelah sini ya bu sakitnya.. Memegang kaki pasien smbil sedikit memijit kakinya. PASIEN Heem mbak Masih menggerak-gerakkan kakinya menggambarkan bahwa kakinya sakit. • Hari Pertama (Tahap Kerja) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Ini sakitnya Cuma sebentar bu, gak akan lama. Obatnya diminum terus kan bu? PASIEN Mengangguk ROHIS Bagus itu bu. Jangan sampai telat ya bu. Kalau ibu rajin minum obat, nanti sakitnya pasti kapok deketin ibu lagi. Nah, ibu juga harus yakin pasti sembuh. Berdoa sama Allah. Allah pasti akan bantu ibu. Memotivasi pasien, masih sambil memijit kaki pasien PASIEN Iya mbak. Mengangguk ROHIS Nah, coba sekarang sambil digerak-gerakan kakinya bu. PASIEN Sakit mbak. ROHIS Ya sudah kalau begitu, nanti kalau sudah berkurang sakitnya sambil digerakkan kakinya ya bu, agar tidak kaku. PASIEN Iya mbak. ROHIS Sekarang sambil saya doakan ya bu. Ibu mau berdoa dengan saya? PASIEN Saya gak bisa berdoa mbak. Agak terbata. ROHIS Gak papa bu, doa dalam hati saja nanti sebisa ibu, sekarang coba baca أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ, cukup itu saja bu. Insya Allah sakitnya cepat hilang. PASIEN Aaass ttaaag ROHIS Saya bantu ya bu, أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ PASIEN أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ Sambil terbata-bata ROHIS Sekarang kita baca sama-sama ya bu, أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ Membaca bersama pasien PASIEN أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ ROHIS Nah, sekarang ibu sambil membaca istighfar, saya akan membacakan doa untuk ibu agar cepat sembuh. Kemudian Rohis membacakan surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas, dan Al Faatihah Kemudian ditiupkan ke telapak tangan dan diusapkan ke kaki pasien. PASIEN أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ ROHIS Sudah bu, nanti jangan lupa kalau sudah tidak terlalu sakit digerakkan kakinya, obatnya diminum terus ya bu, istighfarnya juga sering dibaca. Mengelus bahu pasien PASIEN Iya mbak, makasih ya mbak ROHIS Sama-sama bu, kalau begitu saya pamit dulu ya bu. Assalamu’alaikum. PASIEN Wa’alaikumussalam • Hari Kedua (Orientasi) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Assalamu’alaikum Bu Purwati Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang posisinya sedang berbaring miring PASIEN Wa’alaikumussalam Agak merubah posisi tidurnya. ROHIS Saya Rara bu, masih ingat saya kan bu? Ramah PASIEN Oh, iya mbak Rara. Tersenyum ROHIS Bagaimana keadaan ibu saat ini? Masih seperti kemaren atau sudah ada sedikit perubahan? PASIEN Alhamdulillah mbak, sudah berkurang sedikit. Tapi ya masih sakit. Agak merintih ROHIS Bertahap ya bu, ibu kan orangnya sabar, pasti akan lekas sembuh. Memotivasi PASIEN Iya mbak, saya juga berdoa. ROHIS Alhamdulillah. saya senang sekali mendengarnya. Semoga Allah mendengar doa ibu yah. • Hari Kedua (Tahap Kerja) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Bu, berbagai penyakit itu bisa disembuhkan dengan sholat dan berdzikir kepada Allah. Banyak orang yang sakitnya lebih parah dari ibu, namun karena semangat untuk sembuhnya tinggi, kemudian mereka sholat dan berzikir. akhirnya sembuh total dan bisa bekerja kembali. Pelan, penerapan teori perbandingan sosial. PASIEN Apa iya mbak? Seperti tidak percaya. ROHIS Iya bu, ketika mereka sakit, sholatnya dengan berbaring, nah, ibu sekarang sudah sholat dzuhur belum? Kalau belum biar saya bantu sholatnya. Mengajak PASIEN Belum mbak, sudah lupa cara sholat. Lama gaak sholat. ROHIS Tapi ibu mau sholat kan bu pastinya? Memperjelas PASIEN Iya mbak, tapi gimana sholatnya. Gak bisa sholat. Agak pesimis ROHIS Pasti nanti juga bisa. Ibu kan sudah punya niatan yang bagus. Nanti saya bantu bu, saya beri bacaan sholat juga. bagaimana? PASIEN Iya mbak, mau sholat. ROHIS Saya bantu tayamum ya bu. PASIEN Bertayamum ROHIS Sekarang ibu sholat dengan membaca bacaan ini ya bu. PASIEN Apa boleh mbak.? ROHIS Boleh saja bu, yang gak boleh kalau tidak sholat. Kemudian setelah pasien sholat, Rohis memberi lembaran doa kepada pasien dan mengajak pasien berdoa bersama Rohis. ROHIS Bu, ini saya beri lembaran doa. Sekarang kita doa bersama-sama ya bu. Nanti ibu bisa baca sendiri sewaktu-waktu. PASIEN Iya mbak • Hari Ketiga (Orientasi) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Assalamu’alaikum Bu Pur. Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang posisinya sedang berbaring miring PASIEN Wa’alaikumussalam, Mbak Rara ya,. Menyambut ramah dengan senyuman. ROHIS Iya bu, wah ibu sudah kenal suara saya rupanya. Bagaimana keadaan ibu saat ini? Kelihatannya semakin membaik. PASIEN Alhamdulillah mbak, tapi kakinya masih sulit digerakkan. ROHIS Jangan khawatir bu, nanti kalau sudah bisa digerakkan, ibu bisa mengalahkan atlet pelari nasional loh. Memotivasi dengan humor PASIEN Ah, mbak ini bisa saja. • Hari Ketiga (Tahap Kerja) PELAKU VERBAL NON VERBAL ROHIS Tadi yang nungguin anak perempuannya ya bu. PASIEN Iya mbak, menantu. Anak perempuan saya sudah meninggal. Menangis ROHIS Innalillahi. Saya turut berduka bu. Ibu yang sabar ya. Kita doakan agar anak ibu diterima disisi Allah. Amin. Mengelus bahu pasien PASIEN ROHIS Sabar ya bu. Allah punya rencana lain dibalik kejadian ini. Nanti ibu akan dipertemukan disurga dengan anak ibu. Amin. Itu jauh lebih enak, indah, dan kekal bu. PASIEN Amin mbak. Makasih mbak makasih ROHIS Sama sama bu, ibu jangan sedih ya ibu berdoa saja pada Allah PASIEN Anak saya menikah dengan orang Sukabumi mbak. Dari keluarga laki-laki gak boleh pulang. ROHIS Iya bu, saya mengerti dan bisa merasakan ibu dengan anak ibu. Lalu bagaimana bu? PASIEN Anak saya hamil dan melahirkan cucu laki-laki. Seminggu setelahnya meninggal karena hipertensi. Saya belum pernah lihat cucu laki-laki saya mbak. Dibawa keluarga laki-laki. Aku pingin gendong. ROHIS PASIEN Aku pingin gendong cucuku mbak ROHIS Iya bu. Nanti kalau ibu sembuh pasti bisa. Ibu sekarang berusaha untuk sembuh dulu biar bisa ketemu cucu ibu. PASIEN Ketemu gimana mbak? Apa bisa? ROHIS Pasti bisa bu. Ibu yakin kan pada Allah, kalau ibu nanti sembuh, nanti di komunikasikan dengan besan ibu. Mana mungkin mereka membiarkan ketulusan dan keinginan ibu? PASIEN ROHIS Sekarang harus semangat untuk sembuh ya bu. PASIEN Iya mbak. ROHIS Sekarang kita berdoa ya bu. PASIEN Iya mbak. D. TAHAP TERMINASI • Evaluasi Evaluasi pada hari pertama kunjungan pasien, pada awalnya pasien tidak terbuka dengan Rohis. Pasien merasakan betapa sakit kakinya. Dan Rohis memberi motivasi kepada pasien serta mendoakan pasien agar cepat sembuh. Dari perhatian yang rohis berikan, pasien mulai membuka dirinya. Dengan sikap pasien yang sudah membuka dirinya dengan Rohis, rohis merasa telah dipercaya dan harus menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh pasien. Pada hari kedua, Rohis kembali datang dan menanyakan keadaan pasien, pasien nampak senang dengan kedatangan Rohis. Pada hari yang kedua Rohis mulai mengajak pasien melakukan sholat meski sedang sakit. Awalnya pasien nampak ragu, namun ia mau untuk melakukannya. Dan pada hari ketiganya, pasien mau menceritakan hal yang membuat dirinya sedih dan jatuh stroke. Dari sini, Rohis menjadi tahu apa yang menjadi tahu bahwa pasien ini juga kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Rohis pun keudian membei motivasi dan meyakinkan pasien bahwa segala masalahnya akan dapat teratasi. • Kesimpulan Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain, dan naluri setiap orang ingin dimengerti orang lain dan ingin diperhatikan oleh orang yang ada di sekitarnya. Apalagi seorang pasien yang sedang menderita suatu penyakit. Dia membutuhkan orang yang perhatian dan bisa menjadi semangat agar lekas sembuh. Sakit yang di derita oleh seseorang akan cepat sembuh jika semangat dalam diri pasien itu ada. Dan pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh. Hal ini dapat dijadikan sugesti untuk kesembuhan seseorang yang sakit. Rohis sendiri harus bisa membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan pasiennya. Apabila rohis sudah mampu menyesuikan diri dengan pasiennya dan pasien tersebut merasa nyaman, maka hal ini akan menjadi kedekatan dan hubungan komunikasi yang baik. Ini juga akan mempermudah rohis dalam pekerjaannya membantu proses penyembuhan pasien. E. PENUTUP Demikianlah rangkaian interaksi yang dapat saya sampaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tulisan ini dan selanjutnya. Dan akhirnya penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umunya dalam kehidupan ini. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar